Senin, 15 Desember 2008

65 persen Sulit Punya Anak Disebabkan Sperma Bermasalah

Jika bertahun-tahun belum dikaruniai anak, paradigma yang berkembang di masyarakat adalah kaum istri yang dipersalahkan atau sering juga dibilang mandul. Padahal belum tentu disebabkan oleh sang istri. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan menyebutkan sekitar 35 – 40 persen masalah sulit punya anak disebabkan masalah sperma suami yang kualitasnya tidak baik. Hasil penelitian dari laboratorium Andrologi dari Morula IVF Jakarta baru-baru ini mendapatkan angka yang lebih besar lagi. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan sebesar 65 persen masalah kesulitan anak di Indonesia disebabkan oleh permasalahan sperma suami.

Umumnya masalah sperma yang dialamai adalah berkaitan dengan kualitas sperma yang tidak baik. Untuk mengetahui kualitas sperma, sebaiknya seorang pria melakukan analisa sperma yang sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO . Berikut adalah faktor penting berdasarkan kriteria WHO mengenai kualitas sperma itu baik atau tidak:

1. Konsentrasi atau jumlah dari sperma. Minimal jumlah sperma yang baik adalah 20 juta per cc.
2. Motilitas atau pergerakan sperma. Mortalitas sperma yang baik adalah minimal 50 persen pergerakan sperma, baik itu pergerakan cepat maupun pergerakan biasa.
3. Morfologi atau bentuk dari sperma. Sperma yang baik adalah sperma yang bentuknya minimal normal 30 persen.

Ada beberapa faktor mengapa sperma pria tidak bagus kualitasnya, antara lain:

1. Lingkungan hidup pria yang tidak baik menyebabkan kualitas sperma seorang pria menjadi tidak baik. Hal ini menarik kalau dilihat dari kualitas hidup pria yang berada di kota besar seperti Jakarta. Dapat kita ambil contoh seperti merokok, polusi, kurang olah raga dan gaya konsumsi pangan yang tidak sehat
2. Perkembangan testis yang tidak baik, sangat berpengaruh pada jumlah sperma yang dihasilkan akan semakin sedikit.
3. Penggunaan celana dalam yang terlalu ketat dapat menyebabkan jumlah sperma yang dihasilkan testis menjadi berkurang, bahkan penggunaan celana dalam yang ketat juga dapat mengganggu pergerakan sperma, akibatnya kualitas spermanya menjadi tidak baik.
4. Panas yang berlebihan di daerah kemaluan
5. Terjadinya varikokel atau pembesaran pembuluh darah di daerah testis, yang meningkatkan temperatur skrotum dan akibatnya jumlah sperma yang dihasilkan berkurang.
6. Faktor Genetik, dimana dari awal testis pria tersebut memang tidak bisa memproduksi sperma dengan baik.

Selain beberapa faktor di atas, gaya hidup juga sangat berpengaruh terhadap kualitas sperma seorang pria. Adapun beberapa factor yang menyebabkan buruknya kualitas sperma seseorang adalah kebiasan merokok, minum minuman beralkohol, gaya hidup bebas yang menyebabkan meningkatnya potensi infeksi. Kebiasaan memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi dan lemak, makan tidak teratur, dan sering tidak teratur tidur. Karena itu, untuk memperbaiki kualitas sperma, kaum pria disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat.

Dunia kedokteran memiliki beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sperma bermasalah ini. Adalah pengobatan assisted reproductive technology atau suatu pengobatan untuk permasalahan reproduksi yang dibantu untuk mengatasi permasalahan pada sperma. Tersedia tiga pilihan untuk sperma yang bermasalah ini. Pilihanya adalah dengan pengobatan medikamentosa, inseminasi buatan dan bayi tabung.

Tips Cepat Punya Anak
1. Hidup sesehat mungkin, menerapkan gaya hidup sehat merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pasangan yang ingin cepat punya anak.
2. Berhenti merokok, merokok dapat menyebabkan kualitas sperma menjadi berkurang.
3. Makan makanan yang sehat
4. Cukup istirahat dan cukup tidur
5. Cukup berolahraga.

Selasa, 09 Desember 2008

Hanya Butuh 2 Minggu Untuk Hamil

World Health Organisation (WHO) mendefinisikan, pasangan dikatakan tidak subur jika terjadi ketidakberhasilan dalam konsepsi setelah berhubungan seksual tanpa kontrasepsi selama dua tahun. Tahun pertama perkawinan pasangan diharapkan menunggu untuk melihat potensi kehamilan dan tahun berikutnya, pasangan sudah harus mulai mengeksplorasi penyebab ketidaksuburan. Ibu punya alternatif bayi tabung untuk momogan. Apalagi, kini telah ada penyerdehanaan yang membuat ibu lebih nyaman.

Indonesia merupakan negara dengan populasi yang sangat besar. Tidak heran jika jumlah pasangan yang sulit punya anak juga sangat besar. Jumlah persentasenya diperkirakan 12 – 15 persen, hampir sama dengan seluruh dunia. Bayangkan kota Jakarta dengan populasi sekitar 10 juta penduduk dansekitar 2 juta di antaranya adalah usia subur. Dari jumlah itu, diperkirakan 240 ribu pasangan mengalami kesulitan untuk hamil setiap tahunnya.

Faktor – faktor penentu pasangan sulit punya anak, diantaranya usia wanita, lama infertilitas (tidak subur), kurang olahraga, merokok, konsumsi alcohol, memakai narkoba, paparan lingkungan, radiasi kerja dan lainnya. Data pada laboratorium klinik bayi tabung Morula IVF Jakarta menunjukkan lebih dari 60 persen penyebab infertilitas terletak pada faktor pria dan 85 persen diantaranya tidak dapat diperbaiki, dengan kata lain kecil kemungkinan untuk subur.

Dahulu penanganan infertilitas di Indonesia lewat pengobatan reproduksi dibantu dianggap sebagai pilihan terakhir dan hanya bagi pasangan ekonomi mampu. Namun, sejak 10 tahun terakhir perkembangan pesat dengan keberhasilan memuaskan ditunjukkan oleh teknologi program reproduksi dibantu, salah satunya bayi tabung. Varisai pengobatan lewat program bayi tabung tergantung dari indikasi medis, artinya pasien tidak bisa secara tiba-tiba ingin mengikuti program bayi tabung, diantaranya permasalahan sperma ringan hingga berat seperti azoospermia (cairan sperma yang tidak mengandung spermatozoa), endometriosis berat, saluran telur yang tersumbat, ataupun antibody antisperma.

Program Bayi Tabung merupakan upaya meningkatkan kemungkinan pasangan untuk hamil dengan cara mempertemukan sel telur istri dengan sperma suami di laboratorium yang setelah diinkubasi akan ditanamkan kembali ke rahim ibu. Penyederhanaan bayi tabung juga diselaraskan dengan perkembangan teknologi obat-obatan, diantaranya obat stimulasi ovarium, obat untuk merangsang pematangan akhir telur, obat untuk menguatkan dinding rahim, dan sebagainya.

Program berlangsung selama enam minggu di mana pada proses awal pasien dituntun untuk mengikuti proses stimulasi (rangsangan) lewat suntikan hormon FSH dengan harapan agar sel telur yang biasanya hanya dikeluarkan satu perbulan, bisa antara 5 – 10 sel telur perbulan. Suntikan hormon diberikan sekali sehari selama 10 – 14 hari, pada kondisi telah mencapai 10 telur dalam satu siklus, telur diambil (tindakan petik telur) untuk dipertemukan dengan sperma di laboratorium khusus.

Pengambilan telur dilakukan saat telur matang, kurang lebih dua minggu setelah haid atau pada masa subur menggunakan jarum yang ukurannya sebesar ukuran sperma. Jadi, sebenarnya apa yang dilakukan jarum itu sama dengan apa yang dilaukan sperma kepada sel telur pada pembuahan secara umum. Selanjutnya, pertumbuhan embrio dimonitor dengan ultrasonografi (USG).